SERANG, BI – Perilaku buang air besar sembarangan (BABS), ternyata masih dijumpai di Kota Serang. Buang air besar sembarangan adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, dan udara. Perilaku ini tentu berisiko menimbulkan masalah kesehatan
BABS juga memiliki dampak langsung bagi tumbuh kembang balita. Pakar mengatakan, selain Diare, balita stunting juga bisa disebabkan oleh kebiasaan BAB sembarangan.
Perilaku tersebut bisa ditemui di pemukiman warga yang hanya berjarak 500 meter dari wisata Banten lama, tepatnya di Kampung Karangsambung-Kampung Baru, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
Dikatakan salah satu warga Karangsambung, Edi, bahwa minimnya MCK jadi alasan warga untuk BABS. Menurutnya, hingga saat ini belum ada bantuan MCK dari pemerintah.
“Gak ada (Bantuan, red), di Karang Sambung mah ga bisa dibangun apa-apa. Susah tanah nya, belakang tanah PJKA, depan tanah kebon punya orang, serba numpang,” jelasnya, Selasa (9/6/2020).
Menurutnya, ratusan warga yang masih menggunakan WC tradisional untuk BAB, dikarenakan masih banyak warga yang belum memiliki jamban di rumahnya.
“Dengan swadaya warga membangun beberapa MCK sederhana ini dengan alat dan bahan seadanya, dengan kayu semperan hasil patungan warga dan gotong royong,” katanya.
Peno (37), warga lainnya mengatakan, dirinya mengaku terpaksa BAB di toilet yang digunakan bersama-sama dengan warga laiinya tersebut lantaran tidak memiliki jamban dan belum mendapatkan bantuan jamban dari pemerintah.
“Saya mau dimana lagi BAB nya, bukan warga sini aja yang BAB disini, tapi dari tiga kampung lainnya juga pada kesini,” kata Peno, ditemui saat hendak BAB. (Ongky/Red)