SERANG, BI – Kurangnya dukungan Pemerintah Kota (Pemkot) Serang, dalam pengelolaan dan promosi, membuat Pasar Walantaka di Jalan Raya Petir, tepatnya di Lingkungan Cimareng, Kelurahan Lebak Wangi, Kecamatan Walantaka yang diresmikan pada 2017 lalu dengan dana alokasi khusus Rp 2,25 miliar itu kini tidak berfungsi dan sudah hampir satu tahun ditinggalkan pedagang.
Seorang warga Cigoong, Syafrudin mengatakan, permasalahan pasar Walantaka sebenarnya terlatak pada lokasinya yang kurang strategis. Menurutnya Pemkot Serang harus lebih memperhatikan tata letak pasar agar mudah dijangkau.
“Dan memang seharusnya kembangkan saja dulu yang sudah ada. Karena dulu, di belakang Polsek itu ada pasar tumpah,” ujarnya, Kamis (6/8/2020).
Selain itu, ia menuturkan bila pengurusan izin berjualan di pasar Walantaka cukup sulit dan adanya oknum yang mengambil pungutan liar (pungli).
“Menurut saya, sebagai warga mungkin karena ngurus izinnya ribet dan banyak palakkan (pungli). Terus juga yang boleh jualan di sana hanya warga Lebak Wangi, karena saya warga Cigoong jadi tidak boleh, tapi entah itu benar atau tidak,” tuturnya.
Sementara itu, Pengelola Pasar Walantaka yang enggan disebutkan namanya mengatakan, ketika pasar baru buka, pedagang sudah dimintai retribusi atau iuran kemanan dan kebersihan. Namun pihaknya menolak dengan alasan para pedagang belum mendapat keuntungan.
“Kata saya ke dinas jangan dulu, baru juga buka, nanti bulan depan baru bayar, biar jalan dulu usahanya,” katanya.
Menurutnya, Pemkot Serang yang dalam hal ini Dinas Perdagangan Industri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperdaginkop dan UKM) sebagai leading sektornya kurang mendukung terhadap pasar tersebut.
“Memang sebetulnya ini kurang dukungan dari pemerintah. Seharusnya bikin kegiatan apa gitu biar masyarakat tahu kalau ada pasar di sini,” ujarnya.
Sebelumnya Disperdaginkop UKM Kota Serang menjanjikan akan ada bazar dan menempatkan pedagang dari Pasar Induk Rau (PIR) serta Kalodran ke sana. Namun hingga kini tidak ada kejelasan, bahkan para pedagang yang ada pun telah meninggalkan pasar tersebut karena sepi dan tidak ada pembeli.
“Dulu pernah dijanjikan bakal ada bazar, tapi tapi tidak pernah ada. Padahal saya sudah usahakan warga dan pedagang agar meramaikan pasar ini (Walantaka). Bahkan petugas kebersihan pun sudah siap untuk bertugas di sini, tapi ternyata semakin hari pasar semakin sepi dan pedagang pun tak lagi berjualan,” ucapnya.
Disperdaginkop UKM, ia menjelaskan, menjanjikan untuk memindahkan pedagang yang tak memiliki kios di PIR dan pasar lainnya untuk mengisi pasar Walantaka agar ramai. Bahkan pada saat peresmian ada 11 kios yang telah ditempati oleh pedagang, namun hanya mampu bertahan selama dua pekan dan tutup. Para pedagang itu pun kembali berjualan di beberapa pasar serta tempat lain.
“Ada yang ke Rau, ke Jakarta, bahkan jualan di pinggir jalan. Dari dinas (Disperdaginkop UKM) berjanji akan memindahkan pedagang dari Rau dan Kalodran, pokoknya pedagang yang tidak punya kios dipindahin ke Walantaka biar rame. Minggu lalu rencananya akan ada rapat dengan pihak terkait termasuk lurah dan dinas dengan wali kota, tapi saya capek dijanjikan terus,” tuturnya. (Tri/Red)