SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Lautan sampah menjadi pemandangan di kanal atau kali dekat Taman Keraton Surosowan Kawasan Wisata Banten Lama atau tepatnya di Kampung Sukadiri Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Jenis sampah yang menumpuk bermacam-macam, dari sampah plastik, kayu, sisa tumbuhan, hingga styrofoam.
Dikatakan Ketua RT 16/06, Lingkungan Sukadiri, Kelurahan Kasunyatan, bahwa sebelumnya saluran irigasi tersebut tidak dipenuhi sampah. Namun, karena banyaknya pedagang yang berada di sekitar lokasi semakin hari semakin menumpuk.
“Awalnya tidak seperti itu, memang tadinya mau digusur tapi tidak jadi. Maka, banyak warga luar (kampung) dan pedagang yang membuang sampah di sana,” katanya, Kamis (12/11/2020).
Bahkan, dirinya sempat memergoki seorang pedagang yang membuang sampah di saluran irigasi tersebut.
“Iya, saya pernah lihat ada pedagang yang buang sampah di situ, enak saja merusak lingkungan kami, buang sampah sembarangan,” ujarnya.
Dia mengakui, sempat beberapa kali menegur warga mau pun pedagang yang membuang sampah sembarangan di saluran tersebut.
“Tapi ya itu, pedagang masih saja membuang sembarangan. Kalau warga di sini kebanyakan sampah dibakar. Karena khawatir kalau di kali (saluran irigasi) banjir,” ucapnya.
Meski selama dirinya tinggal di sana, dia mengaku daerahnya belum pernah mengalami bencana banjir. Namun dikhawatirkan bila perilaku tersebut berlangsung lama dan sampah menumpuk akan terjadi bencana.
“Memang belum pernah banjir selama saya tinggal 40 tahun di sini. Laporan juga sudah ke kelurahan, tapi seperti ini saja,” tuturnya.
Sementara itu, Lurah Kasunyatan, Hayumi mengatakan, sampah yang menumpuk di Kanal Sukadiri itu ditimbulkan dari oknum pedagang. Karena menurutnya, jika tidak ada pedagang, sampah itu tidak mungkin ada di kali tersebut.
“Sejak ada pedagang disitu banyak sampah berserakan dan dibuang secara sembarangan, terutama pedagang yang di jembatan. Terus juga orang-orang yang makan mungkin malam hari dibuang ke kali,” jelasnya.
Untuk sementara ini, dikatakan dia, sampah-sampah tersebut dibersihkan oleh Pokdarwis secara gotong royong setiap pekannya.
“Iya mereka (Pokdarwis) pakai perahu. Tapi sampahnya terus-terusan ada, akhirnya mereka malas, ditambah mungkin tidak ada kontribusi bagi mereka dan para oknum pedagang ini tidak sadar juga,” katanya.
Pihaknya juga belum mengetahui apakah para pedagang tersebut membayar retibusi kebersihan atau tidak.
“Karena belum ada tembusan ke kami, jadi tidak tahu apakah mereka (pedagang) membayar retribusi atau tidak, kami belum mengetahuinya,” tutur dia. (Red)