LEBAK, BANTENINTENS.CO.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten terus melakukan upaya untuk mencegah stunting serta melakukan percepatan penurunan angka stunting sesuai program strategi nasional (stranas). Saat ini Provinsi Banten termasuk ke dalam posisi lima besar daerah dengan jumlah balita stunting tertinggi.
Upaya itu dilakukan melalui monitoring pelaksanaan Banten Cegah Stunting (BAGAS) yang diselenggarakan di Aula Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, Selasa (28/6/2022).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Ketua Komisi V DPRD Provinsi Banten Fitron Nur Ikhsan, Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinkes Provinsi Banten Nurya Gustina, perwakilan dari Dinkes Lebak, Camat Warunggunung Apip Saepudin, Kepala Puskesmas Baros Kecamatan Warunggunung Rospinalis serta para kader posyandu.
Di tempat terpisah, Kepala Dinkes Banten Ati Pramudji Hastuti, optimis menekan angka stunting di Banten. Angka stunting di Provinsi Banten tahun 2021 dari survei status gizi Indonesia sebanyak 24,5 persen sedangkan capaian nasional 24,4 persen.
Untuk mencegahnya, pihak Dinas Kesehatan Provinsi Banten menggandeng stakeholder dalam rangka mencegah stunting di masyarakat. “Hal ini memerlukan kerjasama lintas sektor mulai dari pemerintah provinsi, kabupaten/kota hingga desa,” ucapnya.
Dinas Kesehatan Provinsi Banten juga melakukan intervensi spesifik, dengan meningkatkan pemberian vitamin A, tablet penambah darah pada ibu hamil dan pemberian zink kepada anak.
“Provinsi Banten sedang berusaha keras semoga di tahun berikutnya angka stunting kita bisa turun,” kata Ati.
Wakil Ketua Komisi V DPRD Provinsi Banten, Fitron Nur Ikhsan mengatakan, untuk menangani permasalahan stunting dibutuhkan keterlibatan dari semua pihak. Namun, yang menjadi utamanya adalah faktor kesadaran dari diri sendiri untuk menjaga kesehatan dan melakukan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).
“Mencoba evaluasi diri kita untuk sadar akan segalanya termasuk sadar kesehatan. Kita lah yang bertanggungjawab atas kesehatan diri kita sendiri,” ujar Fitron.
Stunting dapat berdampak serius yang tak hanya pada perkembangan fisik tetapi juga akan mempengaruhi perkembangan otak, mental serta emosional anak. Anak-anak yang menderita stunting pun berisiko lebih besar menderita penyakit menular dan tidak menular. Penyakit stunting tidak bisa disembuhkan, akan tetapi dapat dicegah.
Fitron menilai pembenahan asupan gizi yang baik bagi balita menjadi salah satu jalan untuk mengurangi prevalensi stunting di Kecamatan Warunggunung. Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Lebak pada Februari 2022 tercatat 92 balita di Kecamatan Warunggunung menderita stunting.
“Apa yang masuk ke dalam tubuh kita terletak ke dalam bagaimana merencanakan pola gizi yang berada di sepiring makanan yang dihidangkan,” kata Fitron.
Lebih lanjut, Fitron menyebutkan untuk memenuhi asupan gizi yang baik dapat dilakukan dengan banyak cara misalnya dengan memanfaatkan lahan di sekitar untuk menanam sayur-sayuran.
“Kita bisa memanfaatkan tanaman peluang di sekitar kita kalau tidak bisa dijual kita bisa makan sendiri. Kalau lahannya tidak luas kita bisa hidroponik. Banyak sekali yang bisa kita lakukan sehingga harus ada multi sektor yang bekerja di sini dan ini yang harus kita monitoring dan evaluasi sehingga kita tahu penyakitnya ada di mana,” terang Fitron.
Sementara itu, Camat Warunggunung Apip Saepudin mengatakan, untuk pengentasan stunting menjadi bagian prioritas bersama serta dibutuhkan keterlibatan dari semua pihak. Maka dari itu pihaknya sudah melakukan Rembuk Stunting Tingkat Desa sejak 2019 dengan menggunakan Dana Desa (DD) dari pemerintah pusat, akan tetapi aktivitas itu sempat terhenti dikarenakan situasi pandemi.
“Kita sudah memulai gerakan rembuk stunting tingkat desa yang berada di Kecamatan Warunggunung dari 2019 yang didanai dari dana pusat yang kita kenal DD. Desa sudah melakukan aksinya dengan membantu balita yang stunting,” kata Apip.
Apip menyebutkan pihaknya akan kembali melakukan Rembuk Stunting Tingkat Desa pada Rabu, 29 Juni 2022 meski masih dalam kondisi pandemi. Ia berharap dengan diadakannya acara itu dapat memberikan edukasi dan pemahaman tentang stunting, pencegahannya, dan penanganannya. Rencananya acara itu akan dihadiri 12 kepala desa, 12 bidan, 12 Tim Penggerak PKK dan sejumlah tokoh kecamatan.
Kepala Puskesmas Baros Kecamatan Warunggunung, Rospinalis mengatakan, untuk mencegah dan mengurangi jumlah stunting, dirinya bersama para kader posyandu akan lebih sering memantau pertumbuhan anak-anak melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) yang merupakan catatan grafik perkembangan anak yang diukur berdasarkan umur, berat badan dan jenis kelamin. Selain itu pemberian edukasi terhadap ibu-ibu di Posyandu dan ibu hamil juga menjadi bagian penting untuk mengentaskan stunting.
“Kita akan lebih sering memantau pertumbuhan anak-anak di KMS ya, memberikan edukasi kepada ibu-ibu di Posyandu kemudian ibu hamil harus standar pelayanannya sesuai,” kata Rospinalis.
Pemerintah pusat memiliki stranas percepatan pencegahan stunting dengan target pada tahun 2024 dapat menurunkan prevalensi hingga 14 persen. Namun, pencegahan dan penanganan stunting memerlukan kerjasama dan koordinasi lintas sektor baik di tingkat pemerintah, swasta maupun masyarakat. Melalui konvergensi program intervensi spesifik dan sensitif serta data yang tepat sasaran diharapkan prevalensi penurunan stunting per tahun dapat turun 3 hingga 4 persen.
Dalam pelaksanaan pencegahan stranas penurunan stunting, pihaknya juga memberikan intervensi spesifik berupa pemahaman dan sosialisasi terhadap remaja putri hingga calon pengantin.
“Dulu memang sudah (sosialisasi ke calon pengantin dan remaja putri) tapi sempat vakum kemarin. Berembuk dengan pak camat kita galakkan lagi untuk kerjasama dengan KUA untuk pemeriksaan ataupun untuk penyuluhannya,” tutur Rospinalis. (Advertorial)