SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang, mencatat sejak Januari hingga Juni 2022 ada 45 kasus kekerasan perempuan dan anak di Kota Serang.
Dikatakan Kepala DP3AKB Kota Serang, Anthon Gunawan, angka kasus tersebut berpotensi naik bila dibandingkan tahun 2021. Pada tahun 2021 kasus kekerasan tercatat 57 kasus.
“Padahal kita di tahun kemarin itu sampai akhir Desember ada 57 kasus. Jadi ini satu semester aja udah hampir melebihi semester kemarin kasus ini,” ujarnya, Kamis (7/7/2022).
Anthon mengungkapkan, dari 45 kasus kekerasan perempuan dan anak tersebut didominasi oleh kekerasan seksual.
“Ternyata kekerasan perempuan dan anak kita cukup tinggi. Kekerasan pada anak didominasi kekerasan seksual. Ini yang membuat kita miris ya,” katanya.
Anthon menjelaskan, tingginya kasus kekerasan perempuan dan anak di Kota Serang salah satunya disebabkan faktor ekonomi.
“Kalau ditanya penyebab secara kajian memang belum. Tapi bisa kita analisa ini karena faktor ekonomi salah satunya. Kan 2,5 tahun ini kita Covid-19. Berdampak juga,” jelasnya.
Selain itu, Anthon menyebutkan, faktor lain yang menyebabkan kasus kekerasan itu terjadi lantaran pengaruh gadget, media dan telepon seluler.
“Dimana mudah sekali kita di gadget ini untuk mencari konten-konten dewasa. Ini ternyata masih ada, sehingga salah satunya itu bisa menjadi penyebab selain faktor ekonomi,” ucapnya.
Anthon mengaku, pihaknya telah menekan kasus kekerasan pada perempuan dan anak. Salah satu upayanya adalah membentuk perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat (PATBM) di 67 kelurahan di Kota Serang.
“Karena masyarakatlah yang paling dekat kalau ada kasus di masyarakat. Kita kan tahunya ada laporan. Mereka kan lebih mengetahui. Mudah-mudahan mereka bisa ngeh. Kalau ada hal-hal yang sifatnya bisa menimbulkan kekerasan,” katanya.
Hanya saja menurutnya, pembentukan PATBM ini belum action. Pihaknya hanya baru menyampaikan kepada tim PATBM terkait tugas pokok dan fungsi mereka.
“Iya karena tahun kemarin baru pembentukan. Tahun ini baru mau membina apa yang menjadi tugas PATBM. Jadi mudah-mudahan walaupun baru satu kali, mudah-mudahan PATBM ini bisa bergerak cepat,” harap dia.
Anthon mengimbau kepada para orang tua agar lebih sering mengontrol gadget putra-putrinya. Langkah itu salah satunya sebagai bentuk antisipasi dini terjadinya kekerasan seksual pada anak.
“Jangan ke tetangga dulu. Ke anak sendiri dulu. Sering-sering ngontrol HP nya. Mudah-mudahan tidak menambah lagi. Kali aja semester dua kosong,” tandasnya. (Red)