SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Warga Kampung Ciputri, RT 002 RW 008 Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, mengeluhkan proyek pembangunan Banten Islamic Center atau Baitul Quran yang tengah dikerjakan oleh Pemprov Banten sejak bulan April 2022 lalu.
Keluhan warga itu lantaran, adanya genangan air yang disertai lumpur merah yang diduga berasal dari proyek Banten Islamic Center atau Baitul Quran yang kerap masuk ke pelataran rumah, bahkan masuk ke dalam rumah warga saat hujan mengguyur wilayah tersebut.
Salah satu warga setempat, Sanuri mengatakan, bahwa sebelum adanya proyek tersebut, warga tidak ada yang mengeluh adanya genangan air. Ia yang rumahnya tepat di depan pembangunan itu pun mengaku sudah hampir sepekan kondisi tersebut terulang.
“Saya merasa setelah adanya pembangunan (proyek) di depan rumah, maka seperti inilah kondisi rumah saya saat datangnya hujan,” ujarnya, sambil menunjuk rumahnya yang becek, Rabu (7/9/2022).
Hal tersebut dibenarkan oleh warga lainnya, Uyung. Berdasarkan pengakuannya, air dan lumpur telah membanjiri rumah pemukiman warga terhitung sejak hari Senin yang disebabkan oleh adanya aktivitas pelaksanaan pembangunan Banten Islamic Center.
“Puluhan rumah warga Kampung Ciputri yang pelataran dan rumahnya tergenangi air lumpur. Bahkan warga sekitar sering terpeleset, karena kondisi jalan cor-an licin oleh lumpur tanah,” katanya.
Ia menyebut bahwa lumpur tanah merah yang meluap ke pemukiman rumah warga adalah tanah yang hanyut terbawa air hujan dari lokasi proyek. Kondisi tersebut didukung karena sepanjang 400 meter pagar panel yang dibangun tanpa adanya saluran irigasi.
“Pagar panel tersebut mentok berdempetan dengan cor-an jalan lingkungan warga sekitar,” ucapnya.
Menurutnya, hal ini perlu menjadi perhatian khusus. Sebab, apabila curah hujan semakin tinggi, maka semakin banyak pula air dan lumpur yang akan memasuki rumah-rumah warga.
Ia mengaku telah melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan menjelaskan kondisi yang dirasakan oleh warga. Namun, pihaknya malah diberikan surat yang isinya disebut tidak memberikan solusi.
“Kalau curah hujan sangat tinggi, ini perlu antisipasi. Padahal kami selaku warga masyarakat sudah melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, bahkan kami juga telah menerima balasan surat dari salah satu instansi pemerintah dengan jawaban yang tidak realistis,” terangnya.
Ayung menegaskan, mewakili warga terdampak, memiliki hak untuk dilayani dan diayomi. Bukan diabaikan, sebab pihaknya juga telah melakukan upaya membangun komunikasi yang baik dengan pihak pelaksana proyek.
“Sementara ini kami hanya berharap dan meminta kepada instansi pemerintah secara terstruktur, agar bisa mengkaji ulang adanya rencana pembangunan tersebut, agar tidak merugikan sebelah pihak,” tandasnya. (Red)