JAKARTA, BANTENINTENS.CO.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten kembali mendapatkan penghargaan atas capaian pelaksanaan program Tuberculosis (TBC) tahun 2022 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Dimana, Dinkes Provinsi Banten meraih capaian terbaik ketiga di bawah Jawa Barat dan Gorontalo yang meraih raihan terbaik pertama dan kedua.
Penghargaan itu langsung diberikan oleh Dirjen P2P Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonowu dan Direktur P2PM Kemenkes Imran Pambudi dalam acara Monitoring dan Evaluasi Program HIV PIMS, Tuberkulosis, dan Malaria Tahun 2023 di The Sultan Hotel, Jakarta Pusat mulai dari tanggal 31 Januari – 4 Februari 2023.
Atas raihan tersebut, Kepala Dinkes Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada Kemenkes RI atas penghargaan yang diberikan.
“Dengan kembali diraihnya penghargaan ini, Dinkes Provinsi Banten secara terus menerus dalam tiga tahun terakhir meraih penghargaan peridakt terbaik dalam penanganan TBC,” kata Ati.
Ati memastikan, TBC menjadi salah satu prioritas penanganan di Provinsi Banten. Saat ini jumlah penderita di Provinsi Banten diperkirakan mencapai 33 ribu orang dan hingga akhir Oktober 2022, Pemprov Banten sudah berhasil melakukan pendataan terhadap 28 ribu orang penderita.
“Jadi masih sekitar 5 ribu yang kita harapkan dengan tiga bulan ke depan kita harus mampu mencapai 100% penemuan kasus,” ucapnya.
Ati mengungkapkan, untuk memperbanyak temuan kasus, Dinkes Provinsi Banten membuka akses pelayanan seluas-luasnya.
“Tentunya untuk bisa mencapai target kita harus melakukan upaya promotif, kemudian upaya preventif dengan skrining bagi mereka yang mempunyai risiko terhadap TBC ini semua di skrining,” ungkapnya.
“Kita sekarang ini untuk tempat pemeriksaan laboratorium, alat yang kita gunakan sudah ada sekitar 43 unit. Sudah tersebar di delapan Kabupaten/Kota. Untuk layanan TBC resisten obat yang dulu itu baru 1 di Kota Tangerang Selatan, sekarang sudah ada 8 layanan kecuali di Kota Cilegon yang sekarang sedang setting layanan. Agar warga Cilegon tidak jauh berobat,” sambungnya.
Selain upaya di atas, lanjut Ati, pihaknya melakukan penguatan kontribusi fasilitas kesehatan swasta, mulai dari klinik sampai dengan Rumah Sakit swasta.
“Ini kerjasama, kita gandeng semua agar cepat menemukan kasus. Dengan tata cara pengobatan yang sudah sesuai standar. Biar dimanapun dia berobatnya, begitu tercatat terlaporkan, dan pengobatannya sesuai standar yang sama. Kita juga saat ini sudah memberikan satu pengobatan yang terbaru yaitu pengobatan pencegahan. Jadi bagi keluarga yang mempunyai satu anggotanya menderita TBC dan kebetulan di rumahnya ada orang-orang yang rawan seperti anak kecil, orang yang imunitasnya rendah seperti HIV, untuk dia jangan sampai tertular dikasih obat pencegahan meskipun belum TBC,” ujarnya.
Ati juga menargetkan eliminasi TBC Tahun 2030 melalui tahapan suluh, temukan, dan pengobatan sampai tuntas. Rapat koordinasi bertujuan bagaimana membentuk dan menghidupkan tim tingkat Provinsi Banten.
“Setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berperan harus menjalankan sesuai dengan perannya sehingga ini bisa berjalan secara komprehensif,” ucapnya. (Adv)