SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Di tahun 2022, kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Kota Serang tercatat di atas 100 kasus. Namun, di tahun 2023 per bulan Mei ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang mengklaim penyebaran kasus DBD mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni terdapat sekitar 40 kasus.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kota Serang, Tata mengatakan, tahun ini Dinkes Kota Serang mencatat tren kasus DBD di Kota Serang di bawah dari 50 kasus atau sekitar 40. Angka tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai di atas 100 kasus.
“Di atas 100 lebih tahun lalu, tahun ini data terakhir hanya ditemukan sekitar 40 di bawah 50 kasus,” katanya, Rabu (7/6/2023).
Menurutnya, tren kasus demam berdarah meningkat ketika musim penghujan sekitar bulan November hingga Desember. Sebab, faktor cuaca atau iklim cukup berpengaruh dalam kasus penyebaran DBD di lingkungan masyarakat.
“Kalau curah hujan tinggi, memang tren kasusnya juga ikut meningkat. Seperti bulan november dan desember,” ujarnya.
Namun, apabila melihat catatan pada Dinkes Kota Serang, biasanya tren kasus atau puncak penyebaran demam berdarah muncul di awal triwulan pertama, mulai Januari hingga Maret. Namun, tahun ini yang tercatat hanya sekitar 40 kasus dan melandai dibandingkan tiga tahun ke belakang, termasuk dengan kabupaten dan kota lainnya.
“Kalau melihat dua hingga tiga tahun ke belakang trennya itu di triwulan satu. Memang triwulan satu tahun lalu juga menjadi evaluasi kami untuk kasus DBD. Tapi memang untuk tahun ini melandai, dan bukan hanya di di Kota Serang saja, kabupaten/kota lain pun melandai di tahun ini,” tuturnya.
Menurut dia, selain faktor cuaca, peningkatan kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga menjadi alasan utama turunnya angka penyebaran demam berdarah. Pemberdayaan di masyarakat saat ini sudah cukup baik, sehingga penyebaran kasus demam berdarah di Kota Serang mengalami penurunan yang terbilang cukup drastis.
“Mungkin karena saat ini masyarakat sudah mulai sadar pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk kesehatan. Alhamdulillah tren kasusnya menurun dan jangan sampai ada peningkatan, mudah-mudahan semakin menurun,” ucapnya.
Dikatakan Tata, selama ini masyarakat masih mengandalkan pengasapan lingkungan atau fogging untuk memberantas nyamuk aedes aegypti. Padahal, cara tersebut kurang efektif karena hanya dapat membunuh nyamuk dewasa.
“Kalau fogging itu kan tidak bisa membunuh jentik nyamuk. Yang sering luput itu genangan air di belakang kulkas,” jelasnya.
Ia menjelaskan, nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah biasanya beraktivitas pada pagi hari dan fogging dinilai kurang efektif untuk memberantas nyamuk tersebut.
“Jadi jangan salah tafsir, itu tidak bisa dihentikan hanya dengan pengasapan saja. Fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa, tidak dengan jentik nyamuknya. Saluran air juga harus menjadi perhatian,” tandasnya. (Red)