SERANG, BI – Rapid test nampaknya masih menjadi momok menakutkan bagi warga. Usai di Kelurahan Masjid Priyayi, Kecamatan Kasemen yang beberapa waktu lalu sampai mengungsi dari rumah, kini terjadi kembali di Lingkungan Ciloang, Kelurahan Sumur Pecung, Kota Serang.
Dikatakan Ketua RW 09 Lingkungan Ciloang, Maruf, hal tersebut terjadi lantaran ada orang yang tidak tahu kemudian, kata dia, pura-pura tahu soal rapid test dengan hanya melihat di media sosial (Medsos) bahwa rapid test itu intinya mengerikan.
“Tapi yang tidak mengerti itu mah hak mereka, terkadang dia pola fikirnya kemungkinan melihat dari Medsos, kaya melihat di Kelurahan Priyayi. Kemungkinan ada yang ditakut-takuti dari orang yang tidak tahu, padahal mah rapid test itu untuk kalau disini mah disebutnya cek darah supaya tidak ada was-was di dalam diri,” katanya, Kamis (25/6/2020).
Disinggung soal adanya yang mengungsi karena takut di rapid test. Menurut Maruf yang takut di rapid test di Lingkungannya paling ada sekitar 10 atau 20 orang.
“Warung – warung tutup itu kan tadi ada kehawatiran bahwa rapid test itu di colok pakai selang hidungnya, kemungkinan dari pada keluar mending di rumah. Tapi kita berupaya sosialisasi banyak yang paham dari pada yang tidak faham” terangnya.
Maruf melanjutkan, di RW 9 ini ada 5 RT, kata dia, dan ada sekitar 300 warga dan yang dilakukan rapid test itu berasal dari beberapa RT.
“Meskipun ga semuanya, Alhamdulillah kata tim medis maksimal. Jatahnya 100 yang di rapid test 90 tinggal 10 lagi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Serang Kota, Drg. Yayat Cahyati menjelaskan bahwa dari total kuota orang yang di rapid test di Kelurahan Sumur Pecung yaitu 100 orang dan dari 100 hanya 90 orang yang mau di rapid test.
Dan dari 90 orang yang dilakukan rapid test itu, kata Yayat ada 12 orang yang dinyatakan reaktif dan diminta untuk mengisolasi diri. Sedangkan untuk test swabnya tinggal menunggu waktu untuk dikirim. Dari 12 orang itu, kata dia, 8 orang berjenis kelamin perempuan dan 4 orang laki – laki.
“Kalau saya lihat dari 12 orang itu ada yang tukang ojek, kemudian ada juga yang sering pergi ke pasar, ibu – ibu tapi dia sering pergi ke pasar untuk belanja,” katanya.
Dengan hasil tersebut lanjut Yati, pihaknya juga segera melakukan penyelidikan Epidimologi dan meminta yang bersangkutan untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari di rumahnya masing-masing.
“SOPnya kan gini, kalau kita lakukan rapid tes, kemudian hasilnya ada yang reaktif, kita lakukan penyelidikan epidemiologi ya. Artinya kita catat semuanya. Kita edukasi apa yang harus mereka lakukan selama 14 hari kedepan. Diminta Untuk isolasi mandiri,” tandasnya. (Red)