SERANG, BI – Warga Kelurahan Banten , Kecamatan Kasemen, Kota Serang, mengeluhkan adanya pemotongan dana bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayahnya.
Seorang warga penerima bantuan Mae mengatakan, potongan dari dana PKH tersebut bervariasi, mulai dari 10 persen hingga 25 persen. Ia mengetahuinya ketika melakukan cetak rekening koran pada kartu debit miliknya.
“Ternyata selama ini tidak sesuai dengan yang saya dapatkan setiap bulannya,” katanya, Kamis (25/6/2020).
Seharusnya, kata dia, selama tiga bulan bantuan yang diterimanya mencapai Rp 1.200.000. “Tapi setelah saya hitung, tidak sampai Rp 1.000.000 saya terima bantuannya. Memang diberikan oleh pendamping. Jadi setiap bulan kami diberi dana bantuan ini, tapi setiap bulan besarannya berbeda-beda,” ujarnya.
Bahkan, pada rekening korannya tertulis bila bantuan yang diterimanya pada bulan ini sebesar Rp 500.000, namun yang ia terima hanya Rp 350.000. “Sisanya kemana, padahal disini sudah jelas saya terima Rp 500 ribu. Memang terakhir itu struk yang diberikan ke saya berbeda dengan nomor rekening saya,” ucapnya.
Ia mengatakan, bila pendamping tersebut memegang kartu debit penerima bantuan PKH dan setiap bulannya diberikan secara tunai kepada warga. “Jadi kartunya (debit) itu di pegang sama dia (pendamping), terus uangnya setiap bulan dikasih ke kami. Tapi kami curiga karena setiap bulan berbeda, jadi kami memaksa untuk meminta dan mencetak rekening koran,” katanya.
Hal yang sama pun dikatakan oleh warga lain yang enggan disebutkan namanya. Ia mengaku, seharusnya bantuan yang diterimanya sebesar Rp 441.000 setiap bulannya, tapi yang ia terima hanya Rp 300.000. “Setelah saya print rekening koran, ternyata ada pengambilan tunai sebesar Rp 150 ribu, dan saya tidak tahu siapa yang mengambil,” ujar dia.
Selama ini, ia menuturkan, pencairan bantuan PKH dilakukan oleh pendamping dan ketua kelompok. Bahkan, kartu debit pun dikumpulkan dan dipegang langsung oleh ketua kelompok. “Jadi sejak awal kami tidak pegang kartu ATM (debit), mereka yang pegang dan kordinir. Kami juga tidak tahu kalau ternyata seharusnya dipegang oleh kami,” ucapnya.
Namun, saat dikonfirmasi, pendamping PKH di Kelurahan Banten, Nita tidak mengaku bila ada pemotongan dan kartu debit dipegang oleh dirinya. “Tidak ada, pemotongan apa, di kampung mana. Nanti biar kami musyawarahkan dulu, biar jelas. Karena itu warga PKH kami, biar kami luruskan,” tuturnya. (Ri/Red)