SERANG, BI – Selama Pandemi Covid-19, Kasus demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) di Kota Serang grafiknya melonjak. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, hingga akhir Juni 2020 tercatat sebanyak 227 kasus.
Kepala Dinkes Kota Serang M. Ikbal mengatakan, kasus DBD pada semester satu tahun 2020 telah mencapai 227, bahkan tren tersebut diprediksi akan meningkat terus hingga akhir tahun ini.
“Semester ini saja sudah mencapai 227, trennya kemungkinan akan meningkat dibandingkan tahun 2019, yakni dalam satu tahun mencapai 242 kasus,” ujar Ikbal, Sabtu (12/7/2020).
Menurutnya, temuan kasus DBD paling banyak berada di Kecamatan Walantaka, Taktakan, dan Serang. Namun, temuan kasus DBD kali ini sudah mulai bergeser, yang biasanya sering terjadi di Cipocok Jaya kini bergeser ke kecamatan lainnya.
“Jadi sekarang Cipocok tidak termasuk paling banyak lagi, yang ramai itu di tiga kecamatan tadi,” ucap dia.
Ikbal menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kasus DBD di Kota Serang. Diantaranya kesadaran masyarakat yang minim, dan bergesernya fokus penanggulangan penyakit ke Covid-19.
“Memang faktor kesadaran masyarakat sangat penting. Sementara mereka kurang memperhatikan datangnya nyamuk darimana, yang mereka fokuskan bagaimana agar mereka tidak terkena Covid-19,” ungkapnya.
Penyebab lainnya, masih kata Ikbal, juru pemantau jentik (Jumantik) yang diinisiasi oleh Dinkes Kota Serang pun masih kurang maksimal. Maka dari itu harus ada dorongan, agar Jumantik lebih waspada.
“Jumantik disetiap rumah tangga itu harus ada, memang saat ini masih belum maksimal, tapi ini ke depan harus lebih, apalagi ini kan demi kesehatan masyarakat nya sendiri,” jelas Ikbal.
Karena itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat Kota Serang lebih berhati-hati terhadap hal-hal yang dapat menjadi sumber penyakit. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu dengan menguras, menutup, dan mengubur potensi sumber jentik nyamuk, atau disebut (3M).
“Salah satunya kan adanya genangan air, makanya masyarakat harus paham 3M itu. Saya yakin kalau itu dilakukan pasti tidak akan ada nyamuk,” tutur dia.
Sementara itu, Ketua RT 04/05 Perumahan Lebak Indah, Rohman Solihin mengatakan, pihaknya rutin melakukan gotong royong guna antisipasi penyebaran DBD di lingkungannya.
“Sementara ini yang kami lakukan adalah rajin bersih-bersih di lingkungan. Kalau kita rajin bersih-bersih, insya Allah dijauhkan dari penyakit, termasuk DBD,” ujar Rohman, Minggu (12/7).
Untuk fogging atau pengasapan, pihaknya belum melakukan, mengingat di lingkungan warganya hingga saat ini belum ditemukan yang terjangkit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.
“Kalau fogging memang diperlukan, tapi sementara belum ya, karena fogging itu sifatnya sementara. Yang lebih penting itu kan justru bagaimana menjaga kebersihan badan, dan lingkungan,” terangnya. (Rir/Red)