SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Data angka stunting antara Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang dan Kecamatan Taktakan berbeda. Berdasarkan data Dinkes, jumlah angka stunting di Kecamatan Taktakan sekitar 374 kasus, sedangkan data yang diperoleh dari dua Puskesmas di Kecamatan Taktakan yakni berjumlah 94.
Camat Taktakan Kota Serang, Mamat Rahmat mengatakan, di Taktakan terdapat dua Puskesmas, pertama Pancur yang menangani lima kelurahan dan Taktakan menangani delapan kelurahan. Kemudian, jumlah stunting di Puskesmas Pancur dari lima kelurahan sebanyak 62, dan Puskesmas Taktakan dari delapan kelurahan ada 32 kasus stunting.
“Jadi kalau dijumlahkan semuanya ada 94 anak yang stunting, berdasarkan bulan Maret 2025. Itu yang tercatat di dua puskesmas tersebut,” katanya, saat dihubungi via telepon, Kamis (24/4/2025).
Secara rinci, dia menyebutkan, lima kelurahan yang masuk pada wilayah Puskesmas Pancur, seperti Kuranji ada 13 kasus stunting, Sepang 10, Kalang Anyar 11, Sayar 16, dan Kelurahan Pancur 11 jumlahnya 62.
“Kemudian Puskesmas Taktakan, di Kelurahan Cibendung 3, Cilowong 9, Drangong 7, Lialang 3, Panggung Jati 3, Taktakan 3, Taman Baru 3, dan Umbul Tengah 1 kasus stunting,” ujarnya.
Menurut dia, adanya perbedaan data antara pernyataan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Serang dengan pencatatan di dua Puskesmas Kecamatan Taktakan, kemungkinan data yang dihimpun Dinkes termasuk data keluarga berisiko atau berpotensi stunting.
“Kalau acuan kami itu dari dua puskesmas, dan datanya saya yang pegang sesuai dengan by name by addres,” jelasnya.
Pihaknya juga memaklumi hal tersebut, sebab perbedaan data antara kecamatan dengan dinas seringkali terjadi dan tidak sinkron. Namun, pihaknya tetap mengacu pada data yang dimiliki oleh dua puskesmas kecamatan tersebut, karena penanganannya langsung dilakukan di wilayahnya.
“Tapi yang paling pasti, kami tetap berpatokan pada data yang ada di puskesmas dan sudah terjadi kasus stunting. Intinya, perbedaan data itu memang sering terjadi,” ucapnya.
Dia juga mengaku, selama ini Kecamatan Taktakan telah melakukan upaya dalam penanganan untuk menurunkan angka stunting di wilayahnya. Melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) di masing-masing Puskesmas dan Kelurahan.
“Kemudian, kami juga melakukan inovasi dengan membuka layanan Lurah manjing dapur stunting. Sasarannya sama (Stunting), tapi petugasnya berbeda, jadi Lurah beserta staffnya langsung yang menangani,” tuturnya.
Diakui dia, untuk jumlah stunting di Kecamatan Taktakan mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2024. Namun, angkanya tidak sampai 200 lebih seperti data yang disampaikan oleh Kadinkes Kota Serang.
“Sebenarnya trennya meningkat, tahun lalu angka stunting hanya 62 orang. Sekarang memang meningkat, tapi angkanya tidak sampai 200 sekian,” ungkapnya.
Dikatakan dia, terdapat beberapa faktor penyebab stunting yang terjadi di wilayah Kecamatan Taktakan. Mulai dari pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya, kemudian faktor ekonomi yang minim, dan pola pikir masyarakat perkampungan yang menikahkan anak-anaknya diusia muda.
“Selain itu, pengetahuan masyarakat terkait asupan gizi yang sekarang ini sedang digencarkan dengan langkah preventif. Mulai dari kelurahan, kecamatan, puskesmas, hingga KUA,” katanya
Selanjutnya, dikatakan Mamat, persoalan sanitasi yang seringkali terkesampingkan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan beberapa permasalahan kesehatan.
“Sanitasi lingkungan juga masuk salah satu dari delapan indikator yang sangat berpengaruh pada pola asuh anak terhadap stunting. Personal hygiene dan kebersihan juga menentukan itu,” tandasnya. (Red)









