LEBAK, BANTENINTENS.CO.ID – Di tengah musibah banjir dan longsor yang menimpa Kabupaten Lebak, Banten, kelangkaan Gas Elpiji 3 Kilogram menjadi keluhan masyarakat selama 4 hari ini.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpininan Wilayah (DPW) Badak Banten, Heri Mufti mengatakan, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk segera merespon dan mengusut kelangkaan gas elpiji yang terjadi.
“Fenomena kelangkaan ini sangat sering terjadi di Kabupaten Lebak ini. Saya menduga adanya peraktek kecurangan yang dilakukan oleh agen-agen kepada pangkalan-pangkalan, alhasil ini berdampak kepada tingginya harga,” katanya, Kamis (10/12/2020).
Hasil investigasi yang dilakukan pihaknya di lapangan menemukan bahwa, kecurangan terjadi dikarenakan agen lebih tertarik mengirimkan pasokan gas keluar daerah demi keuntungan semata, padahal di Lebak pasokan gas sedang dibutuhka.
“Hingga hari ini masih banyak warga yang sukar menemukan elpiji, ditambah harga gas elpiji 3 kilogram di Lebak sampai pada tangan konsumen berkisar pada harga Rp25.000 hingga Rp30.000, itu pun barangnya tidak ada,” ujarnya.
Menurutnya, permasalahan krisis gas elpiji tidak dapat dikesampingkan. Gas elpiji merupakan kebutuhan esensial yang tidak dapat dinomor duakan dan juga merupakan kebutuhan pokok untuk masyarakat perkotaan hingga masyarakat pedesaan.
“Saya mohon kepada kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI dan pihak kepolisian, harus segera mengusut dan melakukan operasi pasar untuk mengetahui mengapa krisis elpiji terjadi di Banten terkhusus di Kabupaten Lebak,” ucapnya.
Kelangkaan gas elpiji tidak boleh dibiarkan mengingat saat ini Kabupaten Lebak sedang dilanda musibah banjir dan longsor. Sehingga ketersediaan barang adalah salah satu harapan masyarakat Kabupaten Lebak.
“Saya berharap kondisi ini segera direspon dan ditangani cepat oleh pemerintah daerah agar kejadian seperti ini tidak terulang dan hargapun normal. Sehingga masyarakat tidak mengeluh apalagi disaat musibah banjir seperti ini,” tandasnya. (Uwa endin/Red)