LEBAK, BANTENINTENS.CO.ID – DPW Badan Aspirasi dan Apresiasi Kemajemukan (Badak) Banten, menuding Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) tidak peduli kepada petani yang ada di Lebak Selatan. Hal itu dibuktikan dengan sulitnya para petani saat mengajukan bantuan peminjaman alat Combine (alat modern untuk panen padi).
Dikatakan Ketua DPW Badak Banten, Aziz Hakim, ormas yang dipimpinnya saat ini memiliki binaan para petani di Lebak selatan dengan luas lahan pesawahan sekitar 1.600 hektar yang saat ini akan masuk masa panen. Pihaknya sudah mengajukan permohonan peminjaman alat ke Gubernur Banten lewat Dinas Pertanian untuk peminjaman alat tersebut.
Hal itu dilakukan, karena para petani binaannya saat ini sangat membutuhkan alat tersebut untuk memanen padi di sawah mereka yang sudah masuk masa panen. Namun dirinya kecewa saat mendapatkan informasi dari Dinas Pertanian, bahwa Combine yang dimiliki oleh Pemprov Banten tidak bisa dikeluarkan untuk keperluan petani dengan alasan ada moratorium dari Sekda Banten.
“Nyatanya, kita malah dipersulit. Padahal para petani sangat membutuhkan alat tersebut untuk mempercepat proses panen padi di sawah. Jika Gubernur benar-benar peduli dengan petani harusnya tidak dipersulit, karena ini untuk keperluan rakyatnya sendiri,” ujar Aziz, Kamis (18/2/2021).
Aziz mengungkapkan, pemerintah sengaja menganggarkan Combine untuk kepentingan para petani agar lebih produktif dan meningkat kesejahteraannya.Tapi nyatanya, bukannya membantu petani malah Pemprov Banten mempersulit para petani.
“Di sinilah saya menyebut jika Gubernur Banten tidak peduli kepada petani, terlebih di masa pandemi ini harusnya pemerintah lebih proaktif dan peduli terhadap kebutuhan para petani. Malah saking butuh alat tersebut, mereka bahkan bilang ke saya siap mengeluarkan biaya untuk peminjaman alat tersebut. Harusnya ini menjadi perhatian serius Pemprov Banten dalam hal ini Gubernur,” ujarnya.
Azizpun mengaku sempat memastikan soal kebenaran adanya moratorium dari Sekda Banten soal pelarangan pengeluaran atau peminjaman Combine untuk petani, dengan mendatangi kantor balai pertanian yang ada di Sitandu. Namun dirinya kaget, saat melihat masih adanya Combine yang dikeluarkan di gudang milik Dinas Pertanian tersebut.
“Awalnya saya memahami soal adanya moratorium itu, namun saat saya cek langsung ke Sitandu nyatanya masih ada Combine yang dikeluarkan dari gudang di Sitandu. Apakah ini cuma akal-akalan saja atau bagaimana,” ucapnya.
Menurut Aziz, selama ini Gubernur Banten sering merilis di media soal kepedulian dirinya terhadap kemajuan dunia pertanian di Banten. Namun nyatanya hal itu hanya pencitraan belaka.
“Saya beberapa kali melihat Gubernur aktif di media saat memanen melon, durian dan hasil pertanian lainnya. Namun akhirnya saya menyimpulkan, jika hal itu hanya pencitraan saja tanpa ada bukti kongkret Gubernur peduli kepada petani. Apakah itu hanya pencitraan Gubernur saja untuk modal nyalon di periode selanjutnya?,” tegas Aziz.
Sebagai bentuk kekecewannya kepada Gubernur Banten, Aziz dalam waktu dekat akan melakukan aksi unjuk rasa ke kantor Gubernur Banten di KP3B, Curug, Kota Serang, dengan mengajak sejumlah petani. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes pihaknya dan para petani yang menjadi binaannya kepada Pemprov Banten.
“Kami akan ajak petani untuk menggeruduk kantor Gubernur Banten, hal ini akan kami lakukan demi menyuarakan aspirasi secara langsung kepada Gubernur Banten,” tandasnya. (Uwa endin/Red)