PANDEGLANG, BANTENINTENS.CO.ID – Seorang siswi kelas tiga di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Matlaul Anwar Pasir Durung bernama Nurul Aini asal Kampung Cimoyan, RT 007/002, Desa Bungur Copong, Kecamatan Picung, Kabupaten Pandeglang, berhasil membuat dan menerbitkan 4 buah novel hasil karyanya sendiri.
Bahkan keempat novel yang ia buat seluruh pengerjaannya hanya digunakan dengan smartphone yang dibelikan ayahnya untuk menunjang pembelajaran daring selama pandemi covid-19
Siswi yang memiliki nama pena Aini Rahmat itu mengatakan, mulai serius untuk menulis sejak tahun 2020, saat pembelajaran daring diterapkan di sekolahnya.
“Mulai suka nulis itu tahun 2019, dari situ belajar dasar-dasarnya. cuman Mulai bener-bener serius nulis itu tahun 2020. Karena kan waktu luangnya banyak, kan pas ada daring. Kadang ngisi waktu luang pas selesai ulangan itu nulis-nulis,” katanya, Senin (20/9/2021)
Terhitung sejak awal ia menulis hingga dengan saat ini, lanjut Aini, ia telah berhasil menerbitkan sebanyak 4 buah novel dan 3 buah cerita yang ia publikasikan melalui website.
“Pertama Sejarah Cinta ini selfie publising,lalu ke dua Dokter, Cita-cita, cinta dan rahasia, lalu ke tiga Sesat dan yang ke empat judulnya bulan berandal,” ujarnya.
Tak hanya itu, saat ini ia pun tengah menggarap 3 novel lainnya yang tak lama lagi akan kembali di terbitkan.
“Ada 3 yang sedang di garap itu A Women di lintang semesta publiser, yang ke dua judulnya Nostalgia SMA Tahun 1990 dan satu lagi di grup mY Book judulnya Tragedi Gunung Karang,” ucapnya.
Selama menggarap seluruh karyanya menggunakan smart phone, Aini mengaku mendapatkan banyak kesulitan. Kendati demikian ia tidak bisa berbuat banyak lantaran terkendala masalah ekonomi.
“Kesusahan tulisannya itu kecil, kurang leluasa kalau ngetik. Kadang pusing juga karena terlalu dekat sama mata. Susah mau koreksinya juga,” imbuhnya.
Selain itu, Aini juga saat ini mengaku kesulitan dalam hal memasarkan produk-produknya.
“Kesulitan itu di pemasaran, karena kan harga buku itu ga murah kan, jadi kita itu mati-matian cari pembeli, kalau kita ga dapat pembeli ya ga diterbitkan. Jadi sia-sia aja nulis kalau ga diterbitkan,” jelasnya.
Aini berharap agar ia bisa membeli Leptop agar ia bisa lebih leluasa dan lebih produktif lagi dalam menumpahkan imajinasi yang ada di benak nya.
“Pengen jadi lebih baik lagi, lalu ada fasilitas lebih baik lagi untuk bikin novel, seperti leptop, kacamata ultraviolet dan tempat nyaman untuk nulis. Selama ini nulis tergantung di mana aja yang nyaman, banyaknya di sini di ruang keluarga. Ga di kamar karena ga punya kamar di sini nya,” tandasnya. (Red)