SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Hari Jadi Kabupaten Serang yang ke-495 diwarnai aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) Cabang Serang. Dalam aksi tersebut, mereka menyoroti tingginya angka kematian ibu dan bayi (AKI-AKB).
Dalam aksi yang diikuti oleh belasan massa aksi di depan Pendopo Bupati Serang tersebut, mereka menyoroti persoalan rendahnya tingkat pendidikan dan kerusakan lingkungan yang terjadi di Kabupaten Serang.
Berdasarkan pantauan di lapangan, massa aksi tidak hanya menyampaikan orasi maupun lagu-lagu perjuangan mahasiswa saja, mereka pun menampilkan teatrikal yang menggambarkan persoalan tingginya AKI-AKB di Kabupaten Serang.
Dalam teatrikal tersebut, digambarkan terdapat sepasang suami istri yang sedang mencari Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes), untuk melahirkan. Saat mendatangi salah satu Fasyankes, mereka ditolak dengan ketus.
Pemeran petugas Fasyankes tersebut pun membentangkan tulisan ‘Gak Dulu’ dan mengusir pasangan tersebut. Suami dan istri itu pun tidak menyerah, mereka pergi ke Fasyankes lainnya.
Namun ternyata, penolakan pun terjadi lantaran Fasyankes yang dituju tidak memiliki alat kesehatan yang memadai. Sang istri pun meninggal lantaran tidak terlayani oleh Fasyankes saat melahirkan.
Humas aksi, Jafar Shodiq, mengatakan bahwa pihaknya menyoroti AKI-AKB di Kabupaten Serang, lantaran berdasarkan dokumen profil kesehatan Provinsi Banten, pada 2019 Kabupaten Serang menjadi ‘juara umum’ diantara daerah lainnya di Provinsi Banten.
“Data angka kematian neonatal Kabupaten Serang pada tahun 2019 itu berada di peringkat kedua setelah Kabupaten Lebak. Jumlah kematian neonatal mencapai 172 per 1.000 kelahiran hidup,” ujarnya saat diwawancara di sela aksi, Jumat (8/10/2021).
Untuk angka kematian bayi (AKB), Shodiq menuturkan bahwa Kabupaten Serang menjadi ‘juara’ pertama dengan jumlah kematian sebanyak 273 bayi. Begitu pula dengan kematian ibu, Kabupaten Serang menjadi kabupaten terbanyak kasusnya hingga mencapai 66 kasus.
“Tingginya AKI-AKB tersebut tidak terlepas dari buruknya Fasyankes di Kabupaten Serang. Baik dari segi pelayanannya maupun dari fasilitasnya. Bahkan jika melihat data dari Dinkes Provinsi Banten, persoalan rujukan juga menjadi salah satu kendalanya,” katanaya.
Kondisi lingkungan pun disebut sebagai salah satu penyebab tingginya AKI-AKB di Kabupaten Serang. Rusaknya lingkungan akibat kegiatan yang melanggar hukum seperti pembuangan limbah secara liar, dinilai tidak terlepas dari tingginya AKI-AKB.
“Tentunya lingkungan yang sehat dapat menekan AKI-AKB juga. Tidak mungkin di lingkungan yang tidak sehat, AKI-AKB dapat menurun. Maka dari itu, kami turut mendesak agar segala aktivitas yang merusak lingkungan baik dari polusi, limbah maupun pertambangan, untuk segera dihentikan,” tegasnya.
Selain persoalan kesehatan, pihaknya juga memandang bahwa persoalan pendidikan di Kabupaten Serang pun sangat memprihatinkan. Rendahnya rata-rata lama sekolah (RLS) dan angka harapan lama sekolah (AHLS) dinilai lantaran masih sulitnya akses pendidikan bagi masyarakat.
“Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Serang itu ada di angka 7,5 tahun. Artinya, masyarakat Kabupaten Serang rata-rata hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 7 SMP saja. Sedangkan harapan lama sekolah hanya sampai 12,57 tahun. Artinya, hanya sampai kelas 12 SMA,” tandasnya. (Red)