SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, mencatat per September 2022, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Serang telah mencapai 529. Hal itu meningkat sekitar empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang terdapat sebanyak 98 kasus demam berdarah.
Dikatakan Kepala Dinkes Kota Serang, Ahmad Hasanuddin, setiap tahunnya kasus DBD di Kota Serang terus mengalami peningkatan. Mulai dari tahun 2019 sebanyak 249 kasus, 2020 sebanyak 256 kasus, tahun 2021 sebanyak 98 kasus, sedangkan tahun 2022 mencapai 529 kasus.
“Tahun ini sampai September dilaporkan meningkat dari tahun sebelumnya,” katanya, Rabu (2/11/2022).
Dia menjelaskan, kasus DBD paling banyak dilaporkan dari tiga Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), yakni Rau, Banten Girang, dan Banjar Agung. Namun dia tidak menyebutkan jumlah angka pastinya secara rinci.
“Paling banyak di tiga puskesmas itu, sisanya menyeluruh di semua puskesmas yang ada di Kota Serang,” ujarnya.
Menurut dia, banyaknya kasus DBD diakibatkan oleh banjir besar yang menimpa Kota Serang pada awal Maret lalu. Selanjutnya diakibatkan oleh pola hidup bersih yang belum bisa diterapkan oleh masyarakat.
“Ketika banjir besar itu menimbulkan banyak genangan, dari situ mulai banyak nyamuk. Kemudian pola hidup masyarakat yang tidak bersih menyebabkan banyaknya jentik nyamuk,” tuturnya.
Maka dari itu, pihaknya melakukan beberapa langkah untuk membunuh nyamuk aedes aegypti penyebab DBD. Diantaranya dengan melakukan fogging dan pemberian serbuk Abate untuk membunuh jentik nyamuk.
“Tapi kalau untuk fogging tidak bisa dilakukan sembarangan, minimal diajukan dengan dibuktikan keterangan dari dokter. Kalau tidak ada, ya tidak bisa khawatir memberikan kekebalan kepada nyamuk,” ucapnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga terus melakukan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kepada masyarakat.
Salah satunya dengan memberikan sosialisasi 3M yakni menguras bak mandi, menutup rapat tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas seperti plastik dan lain sebagainya.
“Sebenarnya masyarakat juga sudah paham itu, tapi mungkin sulit untuk dilakukan. Padahal nyamuk ini juga bisa mati dengan obat nyamuk yang biasa kami gunakan,” ujarnya.
Seorang warga Lingkungan Kemang, Hendri mengatakan, beberapa tetangganya terkena gejela demam berdarah.
Hal itu diketahui ketika salah satu warga di sana memeriksakan diri ke rumah sakit akibat panas tinggi yang tak kunjung reda.
“Awalnya cuma panas biasa, terus panas tinggi pas malam dan sore. Akhirnya dibawa ke rumah sakit, terus dicek darah, dan hasilnya kena gejala DBD kata dokter,” katanya.
Menurut dia, di lingkungan tempat tinggalnya ada sekitar tiga hingga empat orang yang didiagnosa terkena gejala DBD.
Namun, beberapa warga lainnya belum diketahui secara pasti karena belum melakukan pemeriksaan.
“Tapi kalau lihat gejalanya sama, panas demam sama mual,” ujarnya.
Namun, dikatakan dia, selama ini tidak pernah ada tindakan fogging dan penanganan lainnya terkait penyebaran demam berdarah. Misalnya pembagian serbuk abate untuk membunuh jentik nyamuk dan penyuluhan lainnya.
“Ya begitu saja, tidak ada. Sekarang kan lagi musim (DBD) juga,” tuturnya. (Red)