SERANG, BI – Dinas Kesehatan Provinsi Banten, mencatat 84.864 ibu hamil pada periode Januari hingga April 2020 atau saat Covid-19 mulai menyebar. Meski demikian, jumlah kehamilan itu lebih sedikit jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau sebelum pandemi virus Corona yaitu di angka 88.589.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah ibu hamil pada masa pandemi Covid-19 tidak mengalami peningkatan dibanding sebelum terjadi pandemi. “Telah terjadi penurunan walaupun tidak signifikan,” ujarnya.
Mantan Direktur Utama RSUD Kota Tangerang itu menuturkan, adapun jumlah kunjungan ibu hamil pertama ke tempat pelayanan kesehatan pada Januari-April 2020 sebanyak 84.864 atau lebih sedikit dibanding pada 2019 dalam periode yang sama sebesar 88.589 orang.
“Rinciannya, Kabupaten Pandeglang 8.239 dari 8.964, Lebak 8.843 dari 9.560, Kabupaten Tangerang 30.047 dari 27.782, Kabupaten Serang 10.163 dari 10.616. Kota Tangerang 12.335 dari 13.628, Kota Cilegon 2.614 dari 2.713, Kota Serang 4.212 dari 4.336 dan Kota Tangerang Selatan 8.411 dari 10.985,” paparnya.
Pihaknya, kata dia, telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu hasil selama pandemi Covid-19. Pertama, melakukan pemetaan fasilitas kesehatan di kabupaten/kota terkait pemberian pelayanan kesehatan ibu hamil. Seperti misalnya pemberian pelayanan antenatal care, kunjungan nifas, persalinan di fasilitas kesehatan. Pendataan ibu hamil dan melakukan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan di puskesmas. Kemudian juga memberikan edaran tentang pedoman bagi ibu hamil dalam menghadapai masa pandemi.
“Prinsip-prinsip pencegahan Covid-19 pada ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir di masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu cuci tangan memakai sabun selama 20 detik atau hand sanitizer. Pemakaian alat pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah raga dan istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikan etika batuk-bersin,” katanya.
Ati juga menyarankan sebagai bentuk pencegahan untuk menunda pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
“Menghindari kontak dengan hewan seperti kelelawar, tikus, musang atau hewan lain serta tidak pergi ke pasar hewan. Bila terdapat gejala Covid-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan darurat yang tersedia untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Banten, Aan Jumhana mengatakan, potensi meningkatkan angka kehamila saat pandemi cukup tinggi. Sebab, pemerintah menganjurkan untuk berdiam diri di rumah sehingga intensitas dnegan keluarga jauh lebih intens.
“Kemungkinan terjadi kehamilan tinggi, tapi kami berupaya terus memberikan pelayanan kepada masyarakat meskipun saat pandemi,” ungkapnya.
Untuk saat ini, di Bante terdapat pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif pada Januari sebanyak 2.065.326 pasangan. Pada Februari turun menjadi 2.062.640 pasangan. Namun, pada Maret kembali naik menjadi 2.083.989 pasangan. Sedangkan April naik lagi menjadi 2.087.402 pasangan.
Ia menegaksan, meskipun di masa pandemi namun pihaknya tetap melakukan pelayanan KB kepada masyarakat. Pihaknya memastikan masyarakat pasangan usia subur terlayani meskipun di masa seperti ini. “Kehamilan harus diinginkan dan direncanakan. Kalau hamilnya tidak diinginkan, maka daya tahan tubuh juga menurun,” ujarnya. (Wa/Red)