SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Serang melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang, menggelar kegiatan Evaluasi pelaksanaan percepatan Penurunan Stunting di Kota Serang Tahun 2022, yang digelar di salah satu hotel di Kota Serang, Rabu (30/11/2022).
Walikota Serang, Syafrudin mengatakan, Kota Serang menjadi daerah yang memiliki potensi besar terhadap kasus stunting. Dari jumlah keseluruhan sebanyak 702.000, potensi keluarga stunting sebesar 8.000 lebih berpotensi stunting.
“Saat ini kasus stunting berjumlah 1.910, sekitar 5,7 persen,” katanya.
Untuk penanganan stunting di Kota Serang, saat ini Pemkot Serang sedang memperkuat pelatihan terhadap para kader. Sehingga penyampaian dan pemahaman stunting di masyarakat bisa meluas dalam penekanan serta penurunan kasus stunting.
“Dari sisi anggaran, baik Dinkes maupun DP3AKB sudah kami siapkan. Sosialisasi pun rutin dilaksanakan,” ujarnya.
Menurutnya, pernikahan dini menjadi salah satu penyebab stunting di Kota Serang dan saat ini sekitar 2.000 pasangan muda yang melakukan pernikahan dini. Maka, Pemkot Serang akan melakukan pengecekan terhadap kesehatan pasangan.
“Karena dikhawatirkan adanya penyakit kronis, karena nanti ketika mengandung akan berpengaruh terhadap janin. Termasuk pengawasan pernikahan hingga usia mengandung kami awasi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala DP3AKB Kota Serang, Anthon Gunawan mengatakan, pernikahan dini menjadi salah satu penyebab stunting. Kemudian, ibu hamil yang tidak mengonsumsi makanan bergizi serta vitamin pun memengaruhi perkembangan janin.
“Seperti pil tambahan darah dan lain-lain. Setelah kehamilan banyak ibu yang kurang memberikan asi kepada anaknya. Jadi hasil audit stunting yang kami lakukan banyak ditemukan hal-hal itu,” ucapnya.
Di Kota Serang, dia menyebutkan, sekitar 8.000 anggota keluarga yang berisiko stunting. Hal itu berdasarkan pendataan, dari sekitar 52.000 anggota keluarga dan turun menjadi 8.000.
“Untuk kasus stunting memang saat ini Kota Serang berada di angka 5,7 persen. Dari jumlah 52.000 balita, ada 1.910 kasus stunting,” tuturnya.
Pihaknya pun saat ini terus melakukan upaya untuk menurunkan angka stunting di Kota Serang, sesuai dengan arahan pemerintah pusat.
“Angka 5,7 persen itu sebetulnya turun dibandingkan tahun kemarin, sekitar 2.000 an,” katanya.
Faktor penyebab stunting sendiri, dia menjelaskan, secara spesifik ada pada Dinas Kesehatan (Dinkes), sedangkan untuk sensitif ada pada DP3AKB. Kemudian untuk pangan ada pada Dinas Pertanian, dan air bersih ada pada PDAB, Dinas PUPR, serta Bappeda.
“Hasil yang kami temukan diantaranya itu, tapi melihat di kecamatan Cipocok sudah ada deklarasi PHBS dan itu bisa menurunkan angka prevalensi terhadap stunting,” tandasnya. (Red)