Kepala Perwakilan BI Provinsi Banten, Ameriza M. Moesa.

SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Banten menyoroti tren penurunan wisatawan mancanegara (Wisman) secara global dan mendorong Pemerintah Daerah untuk memperkuat fokus pada pasar wisatawan Nusantara (Wisnus) sebagai tumpuan pertumbuhan pariwisata.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Banten, Ameriza M. Moesa menjelaskan, kondisi global yang mempengaruhi mobilitas wisata. Ia menyebut perang tarif, ketegangan geopolitik, hingga kenaikan harga minyak dunia menjadi faktor utama turunnya kunjungan wisman di berbagai negara.

“Geopolitik yang tidak stabil membuat biaya penerbangan meningkat, sementara banyak maskapai menahan investasi. Jumlah penumpang bertambah, tetapi kapasitas pesawat terbatas, sehingga akses perjalanan makin sulit,” ujar Ameriza, Rabu (19/11/2025).

Ia mencontohkan, bahkan rute populer seperti menuju Bali pada akhir tahun sering kali kehabisan tiket, menandakan keterbatasan kapasitas penerbangan nasional. Kondisi ini, kata dia, turut berdampak pada peluang meningkatkan wisatawan mancanegara.

Ameriza menilai tren global tersebut harus menjadi perhatian daerah, termasuk Banten. Data yang dipaparkan menunjukkan pertumbuhan wisman cenderung melemah sejak pandemi, sementara wisatawan domestik terus meningkat secara konsisten.

“Melihat perkembangan angka kunjungan, sektor wisman masih berat. Tetapi pasar wisnus justru tumbuh signifikan. Ini peluang yang harus dimaksimalkan,” jelasnya.

Meski menghadapi tekanan global, Ameriza menuturkan Indonesia masih mencatat perkembangan yang relatif stabil. Tren perjalanan bisnis dan wisata mulai membaik, dan diperkirakan terus tumbuh hingga 2025.

Selain isu penerbangan, Ameriza menyoroti ketersediaan infrastruktur pariwisata. Ia mengingatkan pentingnya pemenuhan tiga pilar utama pengembangan destinasi yakni akses, atraksi, dan amenitas.

“Kalau tiga A-nya kuat, wisata akan bergerak. Ini fondasi yang perlu diperkuat di Banten,” katanya.

Menurutnya, pariwisata merupakan sektor yang sangat inklusif dan dapat menjawab tantangan pembangunan ekonomi Banten. Pertumbuhan ekonomi daerah yang mencapai 5,29 persen masih belum menekan angka pengangguran dan kemiskinan secara optimal karena sebagian besar digerakkan industri besar yang padat modal dan butuh tenaga kerja berkeahlian tinggi.

“Pariwisata itu jauh lebih inklusif. Banyak lapangan kerja tercipta, dari porter, parkir, room boy, sampai UMKM. Dampaknya luas dan langsung dirasakan masyarakat,” ungkapnya.

Ameriza menegaskan potensi pariwisata Banten, terutama wilayah selatan yang kaya pantai, pegunungan, dan eco-tourism, dapat menjadi motor pertumbuhan baru bila digarap serius. Selain pariwisata, ia menyebut agroindustri dan pengembangan kawasan selatan sebagai penggerak ekonomi yang dapat memperkuat kesejahteraan masyarakat.

“Kalau pariwisata bangkit, ekonomi ikut bergerak. Pertanyaan soal pengangguran dan kemiskinan bisa dijawab dari sektor ini,” ujarnya.

Ameriza optimistis perkembangan pariwisata, baik secara nasional maupun di Banten, akan terus menunjukkan prospek positif apabila pemerintah daerah mampu menjadikan wisnus sebagai pasar prioritas dan memperbaiki kesiapan destinasi. (Red)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini