SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Sebanyak tujuh palang pintu perlintasan kereta api di Kota Serang masih manual atau belum otomatis. Tujuh palang pintu perlintasan kereta api tersebut yakni, Cibajo, Cengkok, Tegalsari, Tegal Empang, Cimuncang, KSB, Kasunyatan.

Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Serang, Bambang Gartika mengaku, bahwa benar beberapa palang pintu perlintasan kereta api di Kota Serang masih manual. 

“Sampai sekarang sisa tujuh lagi, tapi nanti akan bertahap diganti dengan palang pintu otomatis. Kami juga kan harus melihat anggaran, karena masih minim,” katanya, Rabu (6/11/2024).

Meskipun terbentur anggaran, dikatakan Bambang, terkait palang pintu otomatis dan juga pos petugas perlintasan, pihaknya setiap tahun selalu menganggarkan untuk palang pintu dan pos penjaga perlintasan agar seharusnya sesuai aturan.

“Selain palang pintu masih manual, memang sekarang ini masih banyak juga pos yang belum layak. Tapi dibanding tidak ada tempat bernaung, maka kami buatkan ala kadarnya,” ujarnya.

Bambang mengungkapkan, untuk anggaran pembelian palang pintu perlintasan kereta api otomatis itu sekitar Rp400 juta, sehingga hingga saat ini masih dibantu oleh Dishub Provinsi Banten, termasuk pos penjaga permanen.

“Mulai Walantaka sampai Kasemen ada sekitar tujuh palang pintu perlintasan kereta api masih manual, InshaAllah semuanya bertahap ke palang otomatis,” ucapnya.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Serang, Ikbal mengatakan, pihaknya akan menganggarkan untuk palang pintu perlintasan kereta api di Kota Serang di tahun 2025 nanti.

“Kita kan ngga sama seperti kementerian, anggaran kita terbatas, tapi minimal seperti di frontage unyur lah (palang pintu semi otomatis),” jelasnya.

Sementara itu, petugas perlintasan kereta api di Pos KSB, Robani mengatakan, perlintasan kereta api di Pos yang dijaganya yang dekat dengan Kantor Walikota Serang tersebut masih menggunakan palang pintu manual atau belum otomatis.

“Portal (Palang pintu) di perlintasan KSB masih manual, belum elektrik,” kata Robani.

Menurut Robani, lantaran palang pintu perlintasan kereta api yang masih manual membuat dirinya harus ekstra sigap berlari menutup perlintasan sebelum kereta api melintas agar pengendara motor tidak menerobos perlintasan.

“Kadang-kadang pengendara itu udah ditutup juga (portal), tapi masih nyelonong aja. Kadang saya mh sering ribut sama pengendara. Saya kan sebagai petugas punya tanggung jawab menyelamatkan mereka juga, apa salahnya menunggu sebentar paling 5 menit,” tandasnya. (Red)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini