SERANG, BANTENINTENS.CO.ID – Industri kreatif di Kota Serang dinilai masih belum terkelola dengan baik dan optimal, sehingga perlu adanya penguatan serta pembiayaan untuk memenuhi baik sarana maupun prasarananya. Bahkan, saat ini dari 17 subsektor ekonomi kreatif (Ekraf) yang ada, belum ada yang tumbuh dan berkembang seperti di daerah maju lainnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kota Serang, Wahyu Nurjamil mengatakan, ekonomi kreatif di Kota Serang sampai saat ini belum terlihat adanya perkembangan yang maksimal. Hal itu diakuinya karena kurangnya dorongan dari pemerintah mengenai pemenuhan fasilitas bagi mereka yang belum optimal.
“Kenapa ekonomi kreatif di Kota Serang ini tidak berkembang? Karena memang belum mendalami terkait aktivitas ekonomi kreatif, dan belum terencana dengan baik dari tahun ke tahun,” katanya, Selasa (12/11/2024).
Padahal, kata dia, terdapat 17 subsektor yang cukup berpotensi dalam industri atau ekonomi kreatif di Kota Serang saat ini. Seperti seni budaya yang mengarah pada budaya atau kultur daerah, kemudian kuliner, hingga fesyen yang sebenarnya potensinya cukup besar, termasuk beberapa pelaku ekraf lainnya.
“Dari 17 subsektor itu ada banyak potensi yang bisa dikembangkan di Kota Serang. Mulai dari seni budaya pencak silat, kuliner, dan fesyen, artinya semua itu sangat dimungkinkan (Dikembangkan),” ujarnya.
Belasan subsektor tersebut, dia menjelaskan, bisa dikembangkan dengan baik melalui perencanaan yang matang, dan melihat secara keseluruhan mana sektor yang paling besar poinnya dalam kehidupan sehari-hari, tapi tidak meninggalkan subsektor lainnya. Mulai dari musik, videografi, hingga budaya atau kultur, sehingga ke depan Kota Serang memiliki ciri khas dan identitas daerah.
“Contoh, kalau kultur itu aktivitas sehari-harinya bagaimana di masyarakat. Lalu ada musik, dan videografi. Yang paling tinggi poinnya itu akan dilakukan kesepakatan bagaimana menetukan branding kotanya. Misal pencak silat, artinya Kota Serang harus menjadi kota kreatif pencak silat atau debus,” tuturnya.
Untuk menumbukan dan mengembangkan ekonomi kreatif di Kota Serang, menurut dia, perlu adanya penguatan serta pembiayaan yang mendukung terhadap pelaku ekraf. Bisa melalui focus group discusion (FGD), hingga membuat roadmap atau perencanaan ke depan.
“Sehingga ekosistem industri kreatif ini tidak liar, dan ada arahan-arahannya. Termasuk pembiayaan dan menyiapkan sarana serta prasarananya. Setelah dibuat roadmap atau rencana aksi terhadap pembiayaan, baru bisa mengembangkan,” ucapnya.
Ke depan, dia mengaku, akan melakukan pembahasan dan mengundang sejumlah unsur terkait untuk membuat perencanaan pengembangan ekonomi kreatif di Kota Serang.
“Harus dimulai dengan hexa helix, baik pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan media untuk menentukan 17 subsektor mau diapakan, dan yang paling unggul itu apa, tanpa meninggalkan subsektor lainnya,” ujarnya. (Red)